Selasa, 19 Juni 2012

Variasi dan Jenis Bahasa


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Variasi bahasa atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik, sehingga Kridalaksana (1974) mengidentifikasikan sosiolinguistik sebagai vabang linguistik yang berusaha menjelaskan ciri – ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri–ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan. Kemudian dengan mengutip pendapat Sishman. (1971:4) Kridalaksana mengatakan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan fungsi berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara bahasa dengan ciri dan fungsi itu dalam suatu masyarakat bahasa. Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beranekka ragam.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah:
1.      Jelaskan variasi bahasa dari berbagai aspek?

1.3  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan makalah ini adalah:
1.      Mendeskripsikan variasi bahasa dari berbagai aspek.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Segi Penutur
Variasi bahasa pertama yang kita lihat berdasarkan penuturnya adalah variasi bahasa yang disebut idiolek, yakni variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya masing-masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Namun  ang paling dominan adlaha “warna” suara itu, sehingga jika kita cukup akrab dengan seseorang, hanya dengan mendengar suara bicaranya tanpa melihat orangnya, maka dapat mengenalinya.
Variasi bahasa kedua berdasarkan penuturnya adalah yang disebut dialek, yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional atau dialek geografi.
Variasi ketiga berdasarkan penutur adalah yang disebutkronolek atau dialek temporal, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu.
Variasi bahasa yang keempat berdasarkan penuturnya adalah apa yang disebut sosiolek atau dialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik biasanya variasi ilmiah yang paling banyak dibicarakan dan paling banyak menyita waktu untuk membicarakannya, karena variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya.
Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya , biasanya dikemukakan orang variasi bahasa yang disebut akrolek, basilek, vulgar, salng, kolokial, jargon,argol, dan ken.
Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi daripada variasi sosial lainnya. Sebagai contoh akrolek ini adalah yang disebut bahasa bagongan, yaitu variasi bahasa jawa yang khusus digunakan oleh para bangsawan kraton jawa. Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kutrang bergengsi, atau bahkan dianggap dipandang rendah. Vulgar adalah variasi sosial yang ciri-cirinyatampak pemakaian bahasa oleh mereka yang kurang terpelajar atau dari kalangan mereka yang tidak berpendidikan. Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Artinya, variasi ini digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui oleh kalangan diluar kelompok itu. Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata kolokial berasal dari kata colloqium (percakapan, konversasi). Jadi, kolokial berarti bahasa percakapan, bukan bahasa tulis. Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok-kelompok sosial tertentu. Ungkapan yang digunakan seringkali tidak dapat dipahami oleh masyarakat umum atau masyarakat diluar kelompoknya. Namun, ungkapan-ungkapan tersebut tidak bersifat rahasia. Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi-profesi tertentu dan bersifat rahasia. Letak  kekhususan argot adalah pada kosakata. Ken adalah (inggis = cant) variasi sosial tertentu yang berada “memelas”, dibuat merengek-rengek, penuh dengan kepura-puraan.
2.2 Variasi Pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaanya pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek (Nababan, 1987), ragam atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian adalah menyangkut bahasa digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan. Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang paling tampak cirinya adalah dalam bidang kosakata. Setiap bidang kegiatan ini biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain.namun demikian, variasi berdasarakan bidang kegiatan  ini tampak pula dalam tataran morfologi dan sintaksis.
Variasi bahasa atau ragam  bahasa sastra biasanya menekankan penggunaan bahasa dari segi estetis, sehingga dipilihlah dan digunakanlah kosakata yang secara estetis memiliki ciri eufoni serta daya ungkap yang paling tepat. Struktur morfologi dan sintaksis yang normstif seringkali dikorbankan dan dihindarkan untuk mencapai efek keufonian  dan kedayaungkapan yang tepat atau paling tepat. Begitu juga dalam bahasa umum orang mengungkapkan sesuatu secara lugas dan polos, tetapi dalam ragam bahasa sastra akan diungkapkan secara estetis.
Dalam bahasa umum orang, misalnya, akan mengatakan, “saya sudah tua”, tetapi dalam bahasa sasatra Ali hasjmi, seorang penyair indonesia, mengatakan dalam bentuk puisi.
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi.
2.3 Segi keformalan
Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos (1967) membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu ragam beku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (konsultatif), ragam santai (casual), dan ragam akrab (intimate).
Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah dimesjid, tata cara pengambilan sumpah, kitab undang-undang, akte notaris, dan surat-surat keputusan.
Ragam resmi adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapatdinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Pola dan kaidah ragam resmi sudah ditetapkan secara mantap sebagai suatu standar. Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan ragam bahasa baku atau standar yang digunakan dalam situasi resmi, dan tidak dalam situasi yang tidak resmi.
Ragam usaha adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa disekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Ragam santai adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat, berolah raga, berekreasi, dan sebagainya.ragam santai ini banyak menggunakan bentuk alegro, yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan. Ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antar anggita keluarga, dan antar teman yang sudah karib. Ragam ini ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang seringkali tidak jelas.
2.4 Segi sarana
Variasi bahasa dapat dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan, dapat pula disebut dengan adanya ragam lisan dan ragam tulis, atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, yakni misalnya dalam bertelepon dan bertelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis  didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama. Adanya ketidaksamaan wujud struktur ini adalah karena dalam berbahasa lisan atau dalam menyampaikan informasi secara isan, kita dibantu oleh unrus-unsur nonsegmenttal atau unsur nonlinguistik yang berupa nada suara, gerak-gerik tangan gelengan kepala, dan sejumlah gejala-gejala fisik lainnya. Padahal dalam ragam bahasa tulis hal-hal yang disebutkan itu tidak ada.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Variasi bahasa atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik, sehingga Kridalaksana (1974) mengidentifikasikan sosiolinguistik sebagai vabang linguistik yang berusaha menjelaskan ciri – ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri–ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan.
Variasi bahasa antara lain dari Segi penutur yaitu variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya masing-masing. Segi pemakaian biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian adalah menyangkut bahasa digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan. Segi keformalan Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos (1967) membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu ragam beku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (konsultatif), ragam santai (casual), dan ragam akrab (intimate). Segi sarana Variasi bahasa dapat dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan, dapat pula disebut dengan adanya ragam lisan dan ragam tulis, atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, yakni misalnya dalam bertelepon dan bertelegraf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar