Selasa, 19 Juni 2012

Bahasa dan Kebudayaan



PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
            Bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh individu maupun masyarakat. Tanpa ada bahasa berarti tidak ada masyarakat dan tidak ada pergaulan. Sifat-sifat masyarakat terutama dapat dipelajari dari bahasanya, yang memang menyatakan sesuatu yang hidup dalam masyarakat tersebut (Kailani, 2001:76).
              Pengelompokan definisi-definisi kebudayaan yang dibuat Nababan (1984) pun menunjukan bahwa kebudayaan itu melingkupi segala aspek dan unsur kehidupan manusia. Nababan mengelompokan definisi atas empat golongan yaitu 1. Definisi yang  kebudayaan sebagai pengatur dan pengikat masyarakat, 2. Definisi yang melihat kebudayaan sebagai hal-hal yang diperoleh manusia melalui belajar atau pendidikan, 3. Definisi yang melihat kebudayaan  sebagai kebiasaan dan perilaku manusia, 4. Definisi yang melihat kebudayaan sebagai sistem komunikasi yang dipakai masyarakat untuk memperoleh kerjasama, kesatuan, dan kelangsungan hidup manusia.
Ada berbagai teori mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan. Ada yang mengatakan bahasa itu merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi ada pula yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah hakikat kebudayaan dan hubungan bahasa dengan kebudayaan ?
2.      Bagaimanakah hubungan bahasa dengan kelas sosial dan etnis ?
3.      Bagaimanakah hubungan bahasa dengan geografis ?

1.3  TUJUAN MASALAH
            Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan masalahnya ialah untuk mengetahui hakikat kebudayaan dan hubungan bahasa dengan kebudayaan, bahasa dengan kelas sosial dan etnis serta hubungan bahasa dengan geografis.


 
PEMBAHASAN   
A.      Hakikat Kebudayaan
Kroeber dan Kluckhom (1952) telah mengumpulkan berpuluh-puluh definisi mengenai kebudayaan, dan mengelompokkannya menjadi enam golongan menurudt sifat definisi itu yakni definisi deskriptif, definisi historis, definisi normatif, definisi yang psikologis, definisi yang genetik.
Pengelompokan definisi-definisi kebudayaan yang dibuat Nababan (1984) pun menunjukan bahwa kebudayaan itu melingkupi segala aspek dan unsur kehidupan manusia. Nababan mengelompokan definisi atas empat golongan yaitu 1. Definisi yang  kebudayaan sebagai pengatur dan pengikat masyarakat, 2. Definisi yang melihat kebudayaan sebagai hal-hal yang diperoleh manusia melalui belajar atau pendidikan, 3. Definisi yang melihat kebudayaan  sebagai kebiasaan dan perilaku manusia, 4. Definisi yang melihat kebudayaan sebagai sistem komunikasi yang dipakai masyarakat untuk memperoleh kerjasama, kesatuan, dan kelangsungan hidup manusia.

Koentjaraningrat (1992) mengatakan bahwa kebudayyan itu hanya dimiliki manusia, dan tumbuh bersama dengan berkembangnya masyarakat manusia. Untuk memahaminnya  koentjaraningrat menggunakan sesuatu yang disebut “kerangka kebudayaan”, yang memiliki dua aspek tolak yaitu 1. Wujud kebudayaan, 2. Isi kebudayaan. Yang disebut wujud kebudayaan itu berupa a. wujud gagasan, b. perilaku, c. fisik atau benda. Ketiga wujud itu secara berurutan disebut juga (a) sistem budaya, (b) sistem sosial, (c) kebudayaan fisik. Sedangkan isi kebudayaan itu terdiri dari tujuh unsur yang bersifat universal. Ketujuh unsur itu adalah (1) bahasa, (2) sistem teknologi, (3) sistem mata pencaharian hidup dan ekonomi, (4) organisasi sosial, (5) sistem pengetahuan, (6) sistem religi, (7) kesenian. Menurut Koentjaraningrat, bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, atau dengan kata lain bahasa itu dibawah lingkup kebudayaan. Tetapi kata pula, pada zaman purba ketika manusia hanya terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang tersebar di beberapa tempat saja muka bumi ini, bahasa merupakan unsur utama yang mengandung semua unsur kebudayaan manusia yang lainnya. Sekarang, setelah unsur-unsur lain dari kebudayaan manusia itu telah berkembang, bahasa hanya merupakan  salah satu unsur saja. Namun, fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia.
B.      Hubungan Bahasa dan Kebudayaan
Ada berbagai teori mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan. Ada yang mengatakan bahasa itu merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi ada pula yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan.
Menurut Koentjaraningrat diatas bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, dimana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. Kebudayaan adalah satu sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu. Dengan kata lain, hubungan yang erat itu berlaku sebagai kebudayaan merupakan sistem yang mengatur interaksi manusia, sedangkan kebahasaan merupakan sistem yang mengatur interaksi manusia, sedangkan kebahasaan merupakan sistem yang berfungsi sebagai sarana keberlangsungan sarana itu.
Masinambouw (1985) juga mempersoalkan bagaimana hubungan antara kebahasaan dan kebudayaan itu, apakah bersifat subordinatif ataukah bersifat koordinatif.
C.      Etika Berbahasa
Hubungan antara bahasa dan kebudayaan secara luas telah kita bicarakan. Apakah hubungan itu bersifat koordinatif atau subordinatif tidak perlu di persoalkan lagi tetapi yang jelas keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Kalau kita terima pendapat Masinambouw (1984) yang mengatakan bahwa system bahasa mempunyai fungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi manusia didalam masyarakat, maka didalam tindak laku berbahasa haruslah disertai norma-norma yang berlaku didalam budaya itu.
Etika berbahasa ini erat kaitan dengan pemilihan kode bahasa, norma-norma social, dan system budaya yang berlaku dalam satu masyarakat. Oleh karna itu, etika berbahasa ini antara lain akan “mengatur” (a.) apa yang harus kita katakan pada waktu dan keadaan tertentu kepada seseorang partisipan tertentu berkenaan dengan status social dan budaya dalam masyarakat itu, (b) ragam bahasa apa yang paling kita gunakan dalam situasi sosiolinguistik dalam budaya tertentu, (c) kapan dan bagaimana kita gunakan giliran berbicara kita,dan menyela pembicaraan orang lain, (d) kapan kita harus diam, (e) bagaimana kualiatas suara dan sikap fisik kita didalam berbicara itu.
Seseorang baru dapat disebut pandai berbahasa kalau dia menguasai tata cara atau etika berbahasa itu. Kajian mengenai berbahasa ini lazim disebut etnografi berbahasa. Etika berbahasa itu juga merupakan subsistem kebudayaan. Butir-butir “aturan” dalam etika berbahasa disebutkan diatas tidaklah merupakan hal yang terpisah, melainkan merupakan hal yang menyatu didalam tindak laku berbahasa.
Gerak-gerik fisik dalam beretika bertutur menyangkut dua hal yakni yang disebut kinesik dan pruksinik. Secara terpisah, kinesik dan pruksinik ini merupakan alat komunikasi juga yaitu alat komunikasi nonverbal, atau alat komunikasi nonlinguistic, yang bias dibedakan dengan alat komunikasi verbal atau alat komunikasi linguistic. Dalam kontak langsung, biasanya  kedua alat komunikasi ini digunakan untuk mencapai kesempurnaan interaksi.
D.     Hubungan Bahasa dengan Kelas Sosial dan Etnis
Gaya bahasa dapat menunjukkan posisi kelas sosial. Jadi, kelas sosial memengaruhi penggunaan bahasa. Untuk mendefiniskan kelas sosial agaknya rumit. Tinggi/rendah kelas sosial secara umum dapat megacu pada asumsi masyarakat. Asumsi tersebut berdasarkan kriteria kekayaan, orang tua, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, dll. Namun adakalanya tingkatan asumsi ini berbeda antarmanusia karena memiliki prioritas yang berbeda atas beberapa indikator tersebut. Secara sederhana, kelas sosial dapat dilihat melalui kekayaan yang berasal dari gaji pekerjaan.Beberapa penelitian menyatakan ada hubungan bahasa dan kelas sosial. Labov (1996) menyatakan bahwa kriteria kelas sosial dapat ditentukan melalui tiga bagian, yaitu pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan.
Hubungan bahasa dan etnis sangat vital dan dapat memunculkEtnis mayoritas terdiri dari sebagian besar populasi sebuah negara dan merujuk pada kelompok-kelompok etnis yang memegang kekuasaan sosial dan politik. Etnis minoritas sebaliknya. Segala  yang berbeda dengan etnis mayoritas dianggap sebagai pinggiranan sebuah konflik sosial. Bahasa dan kelas sosial, terdapat 3 topik pembicaraan yang utama. Ketiga topik tersebut yaitu pertama, membicarakan mengenai perian-tentang masyarakat tutur. Kedua, membicarakan mengenai perian tentang variasi bahasa. Dan yang ketiga, membicarakan mengenai fungsi bahasa. Kecenderungan sosiolinguistik yang mengkaji bahasa sebagai tingkah laku manusia, membuat pembahasan pada bahasa dan kelas sosial ini lebih fokus kepada penggunaan bahasa pada masyarakat.


KESIMPULAN
              Bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh individu maupun masyarakat. Tanpa ada bahasa berarti tidak ada masyarakat dan tidak ada pergaulan. Bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. Kebudayaan adalah satu sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.
              Definisi kebudayaa menurut Nababan (1984) bahwa kebudayaan itu melingkupi segala aspek dan unsur kehidupan manusia. Nababan mengelompokan definisi atas empat golongan yaitu 1. Definisi yang  kebudayaan sebagai pengatur dan pengikat masyarakat, 2. Definisi yang melihat kebudayaan sebagai hal-hal yang diperoleh manusia melalui belajar atau pendidikan, 3. Definisi yang melihat kebudayaan  sebagai kebiasaan dan perilaku manusia, 4. Definisi yang melihat kebudayaan sebagai sistem komunikasi yang dipakai masyarakat untuk memperoleh kerjasama, kesatuan, dan kelangsungan hidup manusia.



DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul, dan Agustina Leonie. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Din, Muhammad. 2009. Rasisme Bahasa. (Online), (diakses dari http://www.endonesa.wordpress.com pada tanggal 11 Maret 2009)
Nopriansah, Yudi, 2004. Media dan Kekuasaan dalam Masyarakat. (dalam Jurnal Sosiologi Vol. 3, No. 2, September 2001)
Thomas, Linda dan Shan Wareing. Ibrahim, Abdul Syukur (ed). 1999. Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan.Yogyakarta:  Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar