KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur kehadiran Allah S.W.T yang telah memberikan
kekuatan dan rahmatnya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan
makalah ini tentang “Sikap Bahasa,
Pemilihan Bahasa, Perubahan Bahasa, dan Pemertahanan Bahasa”.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan, maka dari itu penulis menginginkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah Sosiolinguistik mengingat
kemampuan dan pengalaman penulis yang sangat terbatas.
Akhir kata,mudah-mudahan makalah yang kami susun dengan
sungguh-sungguh dan dengan daya upaya ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pihak yang memerlukanya terutama mahasiswa Univ. PGRI, lebih dan kurang penulis
mohon maaf.
Wassalamualaikum wr.wb.
Palembang, 07 April 2012
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
Judul…………………………………………………….. i
Kata
Pengantar…………………………………………………….. ii
Daftar
Isi…………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang………………………………………..... 1
1.2 Masalah………………………………………………… 2
1.3 Tujuan…………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………….. 3
2.1 Sikap Bahasa………………………………………………… 3
2.2 Pemilihan
Bhasa……………………………………………. 3
2.3 Perubahan Bahasa………………………….………. 4
2.4 Pemertahanan
Bahasa……………………………………..
BAB III PENUTUP……………………………………………… 10
3.1
Kesimpulan……………………………………………… 10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….... iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sebagai alat komunikasi dan alat
interaksi yang hanya dimiliki manusia, bahasa dapat dikaji secara internal dan
eksternal. Kajian secara internal, artinya, pengkajian itu hanya dilakukan
terhadap srtuktur intern bahasa itu saja, seperti sturktur fonologisnya,
struktur morfologisnya, atau struktur sintaksisnya. Kajian secara eksternal,
berarti, kajian itu dilakukan terhadap hal-hal atau factor-faktor yang berada
di luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya
di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan. Adapun pengkajian secara eksternal
yaitu psikolinguistik dan sosiolingistik.
Sosiolinguistik merupakan ilmu antar
disiplin antara sosioligi dan linguistic, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan yang sangat
erat. sementara itu menurut Kridalaksana
sosiolinguistik didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai
variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi
variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa.
Pada
makalah ini akan membahas permasalahan mengenai sikap bahasa, pemilihan bahasa,
perubahan bahasa, dan pemerthanan bahasa. Sikap bahasa dapat menentukan
kelangsungan hidup suatu bangsa. Pemilhan bahasa adalah pemilihan bahasa yang
dilakukan seseorang ketika ingin berkomunikasi. Perubahan bahasa menyangkut
soal bahasa sebagai kode, di mana sesuai dengan sifatnya yang dinamis, dan
sebagai akibat persentuhan dengan kode-kode lain, bahasa itu berubah.Sementara
itu pemertahanan bahasa lebih menyangkut masalah sikap atau penilaian terhadap
suatu bahasa, untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah
bahasa-bahasa yang lainnya. Semua permasalahan
ini akan dibahas di bab selanjutnya yaitu pembahasan.
1.2
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut masalah yang terdapat dalam
makalah ini yaitu:
- Apakah yang dimaksud dengan sikap bahasa, dan sebutkan tiga komponen sikap bahasa menurut Lambert?
- Sebutkan tiga jenis pilihan yang dapat dilkukan ketika memilih bahasa?
- Apakah yang dimaksud dengan perubahan bahasa dan pemertahanan bahasa?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan penulisan makalah ini
yaitu:
- Untuk mengetahui pengertian sikap bahasa dan tiga komponen sikap bahasa menurut Lambert.
- Untuk mengetahui tiga jeni pilihan yang dapat dilakukan ketika memilih bahasa.
- Untuk mengetahui pengertia perubahan bahasa dan pemertahanan bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sikap
Bahasa
Dalam Bahasa Indonesia kata sikap dapat mengacu pada
bentuk tubuh, posisi berdiri yang tegak, perilaku atau gerk-gerik, dan erbuatan
atau tindakan yang dilakukan berdasarkan pandangan (pendirian, keyakinan, atau
pendapat) sebagai reaksi atas adanya suatu hal atau kejadian. Sesungguhnya,
sikap itu adalah fenomena kejiwaan, yang biasanya termanifestasi dalam bentuk
tindakan atau perilaku.
Menurut lambert (1967:91-102) menyatakan bahwa sikap itu
terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan
komponen konatif. komponen kognitif berhubungan pengetahuan mengenai alam dan
sekitar dan gagasan yang biasanya merupakan kategori yang di pergunakan dalam
proses berfikir. Komponen afektif menyangkut masalah penilaian baik, baik suk
atau tidak suka, terhadap sesuatu atau suatu keadaan. Komponen konatif
menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai “putusan akhir” kesiapak reaktif
terhadap suatu keadaan.
Anderson (1974:37) membagi sikap atas dua macam, yaitu
(1) sikap kebahasaan, dan (2) sikaf non kebahasaan. Kedua jenis sikap ini
(kebahasaan dan non kebahasaan) dapat menyangkut keyakinan dan kognisi mengenai
bahasa maka dengan demikian, menurut Anderson, sikap bahasa adalah tata
keyakinan atau kognisi yang relative berjangka panjang, sebagian mengenai
bahasa, mengenai objek bahasa, yang memberikan kecenderungan kepada seseorang
untuk bereaksi dengan cara tertentu yang di senanginya.
Ada 3 ciri sikap bahasa menurut Garvin dan Mathiot
yaitu:
1.
Kesetiaan
bahasa (language loyalty) yng mendorong masyarakat suatu bahasa memperthankan
bahasanya, dan apabila perlu mencegah
adanya pengaruh bhasa lain.
2.
Kebanggaan
bahasa (language pride) yang mendorong orang mengembangkan bahasanya dan menggunakan
sebagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat.
3.
Kesadaran
adanya norma bahasa (awareness of the norm) yang mendorong orang menggunakan
bahasanya dengan cermat dan santun.
Ketiga ciri yang dikemukakan Garvin dan Mathiot di atas
merupakan ciri-ciri sikap positif terhadap bahasa. Sebaliknya, kalau ketiga
ciri sikap bahasa itu sudah menghilang atau melemah dari diri seseorang atau
dari diri sekelompok orang anggota masyarakat tutur, maka berarti sikap negatif
terhadap suatu bahasa telah melanda diri orng atau kelompok orang itu. Berkenaan
dengan sikap bahasa negatif terhadap Bahasa Indonesia, Halim (1978:7)
berpendapat bahwa jalan yang harus ditempuh untuk mengubah sikap negatif itu
menjadi sikap bahasa yang positif adalah dengan pendidikan bahasa yang
dilaksanakan atas dasar pembinaan kaidah dan norma bahasa, disamping
norma-norma sosial dan budaya yang ada di dalam masyarakat bahasa yang
bersangkutan.
2.2
Pemilihan
Bahasa
Menurut Fasold (1984) hal pertama yang terbayang bila
kita memikirkan bahasa adalah “bahasa keseluruhan” (whole languages) di mana
kita membayangkan seseorang dalam masyarakat bilingual atau atau multi lingual
berbicra dua bahasa atau lebih dan harus memilih yang mana yang harus
digunakan. Dalam hal memilih ini ada tiga jenis pilihan yang dapat dilakukan,
yaitu:
- Alih kode
- Campur kode
- Memilih satu variasi yang sama.
Penelitian terhadap pemilihan bahasa menurut Fasold
dapat dilakukan berdasarkan tiga
pendekatan disiplin ilmu, yaitu berdasarkan pendekatan sosiologi, pendekatan
psikologi sosial, dan pendekatan antropologi. Pendekatan sosiologi, seperti
yang telah dilakukan Frismhan yaitu melihat adanya konteks institusional
tertentu yang disebut domain, di mana satu variasi bahasa cenderung lebih tepat
untuk digunakan dari pada variasi lain. Domain dipandang sebagai konstelasi
faktor-faktor seperti lokasi, topik, dan partisipan; seperti keluarga,
tetangga, teman, transaksi, pemerintahan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya
Pendekatan psikologi sosial tidak meneliti struktur
sosial, seperti domain-domain, melainkan meneliti proses psikologi manusia
seperti motivasi dalam pemilihan suatu bahasa atau ragam dari suatu bahasa
untuk digunakan pada keadaan tertentu. Dalam kelompok masyarakat Indonesia yang
multilingual tampaknya pemilihan bahasa lebih ditentukan oleh latar belakang
kejiwaan, termasuk motivasi para penuturnya. Pendekatan antropologi meneliti
proses antropolgi kelompok masyarakat yang mempunyai kebudayaan yang sama.
2.3
Perubahan
Bahasa
Terjadinya perubhaan itu tentunya tidak dapat diamati,
sebab perubahan itu, yang sudah menjadi sifat hakiki bahasa, berlangsung dalam
masa waktu yang relatif lama, sehingga tidak mungkin diobservasi seseroang yang
mempunyai waktu relatif terbatas. Namun, yang dapat diketahui adalah bukti
adanya perubahan bahasa itu. Inipun terbatas pada bahasa-bahasa yang mempunyai
tradisi tulis, dan mempunyai dokumen tertulis dari masa-masa yang sudah lama
berlalu. Bahasa Inggris, bahasa Arab, dan bahasa Jawa termasuk bahasa yang
dapat diikuti perkembangannya sejak awal sebab punya dokumen-dokumen tertulis
itu; tetapi banyak bahasa lain yang tidak mengenal tradisi tulis dan tidak mempunyai
dokumen apapun.
Secara formal orang mengatakan perubahan status nama
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, dalam sejarah terbentuknya bahasa
Indonesia, adalah pada tanggal 28 Oktober 1928, yaitu pada saat berlagsungnya
kongres pemuda. Namun, secara fisik kita bisa melihat adanya perbedaan antara
bahasa yang digunakan sehari sebelum kongres diadakan dengan sehari sudah
kongres berlangsung. perubahan dari bahasa melayu ke hasa Indonesia secara
fisik baru dapat dilihat jauh setelah kongres itu berlangsung. dewasa ini kita
dengan mudah dapat melihat perbedaan itu.
Perubahan bahasa lazim diartikan sebagai adanya
perubahan kaidah itu di revisi, kaidah menghilang, atau munculnya kaidah baru;
dan semuanya itu dapat terjadi pada semua tataran linguistik: ponologi,
morfologi, sintaksis, semantik maupun leksikon. Pada bahasa-bahasa yang sudah
mempunyai sejarah panjang tentu perubahan-perubahan itu sudah terjadi berangsur
dan bertahap. Disini karena tujuan kita bukan untuk membicarakan perubahan itu
secara terperinci, melainkan hanya untuk menunjukan adanya bukti perubahan,
maka hanya akan dibicarkan adanya perubahan itu dalam satu tingkat saja, tanpa
memperhatikan kapan perubahan itu terjadi.
2.4
Pemertahanan
Bahasa
Dalam pemertahanan bahasa, komunitas secara kolektif
memutuskan untuk terus menggunakan bahasa tersebut atau bahasa itu telah
digunakan secara tradisional. Ketika sebuah komunitas tutur mulai memilih
bahasa baru dalam daerah sebelumnya dicadangkan untuk yang lama, ini mungkin
merupakan tanda bahwa pergeseran bahasa sedang berlangsung. Jika anggota
komunitas tutur adalah monolingual dan tidak memperoleh bahasa lain secara
kolektif, maka mereka jelas mempertahankan pola penggunaan bahasa mereka.
Pemertahanan, bagaimanapun, sering merupakan karakteristik dari komunitas dwi
bahasa atau juga multi bahasa. Hal ini hanya terjadi ketika komunitas
mengalami diglossic. Dalam kata lain adalah bahwa komunitas multibahasa
bahasa-bahasa menjaga setiap cadangan untuk daerah tertentu dengan perambahan
sangat sedikit monolingual di daerah yang lain (Fasol).
Pemertahanan bahasa (language maintenance) berkaitan
dengan masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetap
menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa lainnya. Kridalaksana
mengartikan “usaha agar suatu bahasa tetap dipakai dan dihargai, terutama
sebagai identitas kelompok, dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan melalui
pengajaran, kesusastraan, media massa, dan lain-lain.
Penggunaan B1 oleh sejumlah penutur dari suatu masyarakat
yng bilingual atau multilingual cenderung menurun akibat adanya B2 yang mempunyai
fungsi yang lebih superior. Dalam kasus yang dilaporkan Danie (1987) kita lihat
menurunnya pemakaian beberapa bahasa daerah di Minahasa Timur adalah karena
pengaruh pengguanaan bahasa Melayu Mando yang mempunyai prestise yng lebih
tinggi dan pengguanaan bahasa Indonesia yang jangkauan pemakaiannya bersifat
nasional. Namun, adakalanya penggunaan B1 yang jumlah penuturnya tidak banyak
dapat bertahan terhadap pengaruh penggunaan B2 yang lebih dominan. Untuk
menjelaskan ini kita ambil laporan Sumarsono (1990) mengenai pmertahanan
penggunaan bahasa Melayu Loloan di desa Loloan, termasuk dalam wilayah kota
Nagara, Bali. Menurut Sumarsono, penduduk desa Loloan yang berjumlah sekitar
tiga ribu orang itu tidak menggunakan bahasa Bali, melainkan menggunakan sejenis
bahasa Melayu yang disebut bahasa Melayu Loloan, sebagai B1-nya, dan mereka
semua beragama Islam. Di tengah-tengah B2 yang lebih dominan, yaitu bahasa
Bali, mereka dapat bertahan untuk tetap menggunakan bahasa pertamanya, yaitu
bahasa Melayu Loloan, sejak abad ke-18 yang lalu, ketika leluhur mereka yang
mengaku berasal daru Bugis dan Pontianak tiba di tempat itu.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan makalah yang terdapat pada Bab II
maka kesimpulan pada makalah ini yaitu membahas permasalahan mengenai sikap bahasa, pemilihan bahasa,
perubahan bahasa, dan pemerthanan bahasa. Sikap bahasa dapat menentukan
kelangsungan hidup suatu bangsa. Ada 3 ciri sikap bahasa menurut Garvin dan
Mathiot yaitu:
1.
Kesetiaan
bahasa (language loyalty);
2.
Kebanggaan
bahasa (language pride) ;
3.
Kesadaran
adanya norma bahasa (awareness of the norm) .
Pemilhan bahasa adalah pemilihan bahasa yang dilakukan seseorang
ketika ingin berkomunikasi. Dalam hal memilih ini ada tiga jenis pilihan yang
dapat dilakukan, yaitu:
1. Alih kode;
2. Campur kode;
3. Memilih satu variasi yang sama.
Perubahan bahasa
menyangkut soal bahasa sebagai kode, di mana sesuai dengan sifatnya yang
dinamis, dan sebagai akibat persentuhan dengan kode-kode lain, bahasa itu
berubah. Sementara itu pemertahanan bahasa lebih menyangkut masalah sikap atau
penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di
tengah-tengah bahasa-bahasa yang lainnya.
Pemertahanan
bahasa (language maintenance) berkaitan dengan masalah sikap atau penilaian
terhadap suatu bahasa, untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah
bahasa lainnya.
Penggunaan
B1 oleh sejumlah penutur dari suatu masyarakat yng bilingual atau multilingual
cenderung menurun akibat adanya B2 yang mempunyai fungsi yang lebih superior.
Dalam kasus yang dilaporkan Danie (1987) kita lihat menurunnya pemakaian
beberapa bahasa daerah di Minahasa Timur adalah karena pengaruh pengguanaan
bahasa Melayu Mando yang mempunyai prestise yng lebih tinggi dan pengguanaan
bahasa Indonesia yang jangkauan pemakaiannya bersifat nasional
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan
Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar