Selasa, 19 Juni 2012

Sikap Bahasa dan Pemilihan Bahasa


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur kehadiran Allah S.W.T yang telah memberikan kekuatan dan rahmatnya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan makalah ini  tentang “Sikap Bahasa, Pemilihan Bahasa, Perubahan Bahasa, dan Pemertahanan Bahasa”.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis menginginkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah Sosiolinguistik mengingat kemampuan dan pengalaman penulis yang sangat terbatas.
Akhir kata,mudah-mudahan makalah yang kami susun dengan sungguh-sungguh dan dengan daya upaya ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak yang memerlukanya terutama mahasiswa Univ. PGRI, lebih dan kurang penulis mohon maaf.

Wassalamualaikum wr.wb.
 
Palembang, 07 April  2012

Penulis, 

DAFTAR ISI


Halaman Judul……………………………………………………..              i
Kata Pengantar……………………………………………………..             ii
Daftar Isi……………………………………………………………             iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………              1
            1.1 Latar Belakang……………………………………….....             1
            1.2 Masalah…………………………………………………             2
            1.3 Tujuan…………………………………………………...            2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………..             3
            2.1 Sikap Bahasa…………………………………………………     3
            2.2 Pemilihan Bhasa…………………………………………….       3         
            2.3 Perubahan Bahasa………………………….……….                   4         
            2.4 Pemertahanan Bahasa……………………………………..        
BAB III PENUTUP………………………………………………              10
            3.1 Kesimpulan………………………………………………           10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………....          iv


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sebagai alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki manusia, bahasa dapat dikaji secara internal dan eksternal. Kajian secara internal, artinya, pengkajian itu hanya dilakukan terhadap srtuktur intern bahasa itu saja, seperti sturktur fonologisnya, struktur morfologisnya, atau struktur sintaksisnya. Kajian secara eksternal, berarti, kajian itu dilakukan terhadap hal-hal atau factor-faktor yang berada di luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan. Adapun pengkajian secara eksternal yaitu psikolinguistik dan sosiolingistik.
Sosiolinguistik merupakan ilmu antar disiplin antara sosioligi dan linguistic, dua bidang  ilmu empiris yang mempunyai kaitan yang sangat erat.  sementara itu menurut Kridalaksana sosiolinguistik didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa.
            Pada makalah ini akan membahas permasalahan  mengenai sikap bahasa, pemilihan bahasa, perubahan bahasa, dan pemerthanan bahasa. Sikap bahasa dapat menentukan kelangsungan hidup suatu bangsa. Pemilhan bahasa adalah pemilihan bahasa yang dilakukan seseorang ketika ingin berkomunikasi. Perubahan bahasa menyangkut soal bahasa sebagai kode, di mana sesuai dengan sifatnya yang dinamis, dan sebagai akibat persentuhan dengan kode-kode lain, bahasa itu berubah.Sementara itu pemertahanan bahasa lebih menyangkut masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa-bahasa yang lainnya. Semua  permasalahan ini akan dibahas di bab selanjutnya yaitu pembahasan.


1.2  Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut masalah yang terdapat dalam makalah ini yaitu:

  1. Apakah yang dimaksud dengan sikap bahasa, dan sebutkan tiga komponen sikap bahasa menurut Lambert?
  2. Sebutkan tiga jenis pilihan yang dapat dilkukan ketika memilih bahasa?
  3. Apakah yang dimaksud dengan perubahan bahasa dan pemertahanan bahasa?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan penulisan makalah ini yaitu:

  1. Untuk mengetahui pengertian sikap bahasa dan tiga komponen sikap bahasa menurut Lambert.
  2. Untuk mengetahui tiga jeni pilihan yang dapat dilakukan ketika memilih bahasa.
  3. Untuk mengetahui pengertia perubahan bahasa dan pemertahanan bahasa.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   Sikap Bahasa
Dalam Bahasa Indonesia kata sikap dapat mengacu pada bentuk tubuh, posisi berdiri yang tegak, perilaku atau gerk-gerik, dan erbuatan atau tindakan yang dilakukan berdasarkan pandangan (pendirian, keyakinan, atau pendapat) sebagai reaksi atas adanya suatu hal atau kejadian. Sesungguhnya, sikap itu adalah fenomena kejiwaan, yang biasanya termanifestasi dalam bentuk tindakan atau perilaku.
Menurut lambert (1967:91-102) menyatakan bahwa sikap itu terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. komponen kognitif berhubungan pengetahuan mengenai alam dan sekitar dan gagasan yang biasanya merupakan kategori yang di pergunakan dalam proses berfikir. Komponen afektif menyangkut masalah penilaian baik, baik suk atau tidak suka, terhadap sesuatu atau suatu keadaan. Komponen konatif menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai “putusan akhir” kesiapak reaktif terhadap suatu keadaan.
Anderson (1974:37) membagi sikap atas dua macam, yaitu (1) sikap kebahasaan, dan (2) sikaf non kebahasaan. Kedua jenis sikap ini (kebahasaan dan non kebahasaan) dapat menyangkut keyakinan dan kognisi mengenai bahasa maka dengan demikian, menurut Anderson, sikap bahasa adalah tata keyakinan atau kognisi yang relative berjangka panjang, sebagian mengenai bahasa, mengenai objek bahasa, yang memberikan kecenderungan kepada seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu yang di senanginya.

Ada 3 ciri sikap bahasa menurut Garvin dan Mathiot yaitu:
1.      Kesetiaan bahasa (language loyalty) yng mendorong masyarakat suatu bahasa memperthankan bahasanya, dan apabila  perlu mencegah adanya pengaruh bhasa lain.
2.      Kebanggaan bahasa (language pride) yang mendorong orang mengembangkan bahasanya dan menggunakan sebagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat.
3.      Kesadaran adanya norma bahasa (awareness of the norm) yang mendorong orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun.

Ketiga ciri yang dikemukakan Garvin dan Mathiot di atas merupakan ciri-ciri sikap positif terhadap bahasa. Sebaliknya, kalau ketiga ciri sikap bahasa itu sudah menghilang atau melemah dari diri seseorang atau dari diri sekelompok orang anggota masyarakat tutur, maka berarti sikap negatif terhadap suatu bahasa telah melanda diri orng atau kelompok orang itu. Berkenaan dengan sikap bahasa negatif terhadap Bahasa Indonesia, Halim (1978:7) berpendapat bahwa jalan yang harus ditempuh untuk mengubah sikap negatif itu menjadi sikap bahasa yang positif adalah dengan pendidikan bahasa yang dilaksanakan atas dasar pembinaan kaidah dan norma bahasa, disamping norma-norma sosial dan budaya yang ada di dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan.

2.2  Pemilihan Bahasa
Menurut Fasold (1984) hal pertama yang terbayang bila kita memikirkan bahasa adalah “bahasa keseluruhan” (whole languages) di mana kita membayangkan seseorang dalam masyarakat bilingual atau atau multi lingual berbicra dua bahasa atau lebih dan harus memilih yang mana yang harus digunakan. Dalam hal memilih ini ada tiga jenis pilihan yang dapat dilakukan, yaitu:
    1. Alih kode
    2. Campur kode
    3. Memilih satu variasi yang sama.

Penelitian terhadap pemilihan bahasa menurut Fasold dapat dilakukan  berdasarkan tiga pendekatan disiplin ilmu, yaitu berdasarkan pendekatan sosiologi, pendekatan psikologi sosial, dan pendekatan antropologi. Pendekatan sosiologi, seperti yang telah dilakukan Frismhan yaitu melihat adanya konteks institusional tertentu yang disebut domain, di mana satu variasi bahasa cenderung lebih tepat untuk digunakan dari pada variasi lain. Domain dipandang sebagai konstelasi faktor-faktor seperti lokasi, topik, dan partisipan; seperti keluarga, tetangga, teman, transaksi, pemerintahan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya
Pendekatan psikologi sosial tidak meneliti struktur sosial, seperti domain-domain, melainkan meneliti proses psikologi manusia seperti motivasi dalam pemilihan suatu bahasa atau ragam dari suatu bahasa untuk digunakan pada keadaan tertentu. Dalam kelompok masyarakat Indonesia yang multilingual tampaknya pemilihan bahasa lebih ditentukan oleh latar belakang kejiwaan, termasuk motivasi para penuturnya. Pendekatan antropologi meneliti proses antropolgi kelompok masyarakat yang mempunyai kebudayaan yang sama.

2.3  Perubahan Bahasa
Terjadinya perubhaan itu tentunya tidak dapat diamati, sebab perubahan itu, yang sudah menjadi sifat hakiki bahasa, berlangsung dalam masa waktu yang relatif lama, sehingga tidak mungkin diobservasi seseroang yang mempunyai waktu relatif terbatas. Namun, yang dapat diketahui adalah bukti adanya perubahan bahasa itu. Inipun terbatas pada bahasa-bahasa yang mempunyai tradisi tulis, dan mempunyai dokumen tertulis dari masa-masa yang sudah lama berlalu. Bahasa Inggris, bahasa Arab, dan bahasa Jawa termasuk bahasa yang dapat diikuti perkembangannya sejak awal sebab punya dokumen-dokumen tertulis itu; tetapi banyak bahasa lain yang tidak mengenal tradisi tulis dan tidak mempunyai dokumen apapun.
Secara formal orang mengatakan perubahan status nama bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, dalam sejarah terbentuknya bahasa Indonesia, adalah pada tanggal 28 Oktober 1928, yaitu pada saat berlagsungnya kongres pemuda. Namun, secara fisik kita bisa melihat adanya perbedaan antara bahasa yang digunakan sehari sebelum kongres diadakan dengan sehari sudah kongres berlangsung. perubahan dari bahasa melayu ke hasa Indonesia secara fisik baru dapat dilihat jauh  setelah  kongres itu berlangsung. dewasa ini kita dengan mudah dapat melihat perbedaan itu.
Perubahan bahasa lazim diartikan sebagai adanya perubahan kaidah itu di revisi, kaidah menghilang, atau munculnya kaidah baru; dan semuanya itu dapat terjadi pada semua tataran linguistik: ponologi, morfologi, sintaksis, semantik maupun leksikon. Pada bahasa-bahasa yang sudah mempunyai sejarah panjang tentu perubahan-perubahan itu sudah terjadi berangsur dan bertahap. Disini karena tujuan kita bukan untuk membicarakan perubahan itu secara terperinci, melainkan hanya untuk menunjukan adanya bukti perubahan, maka hanya akan dibicarkan adanya perubahan itu dalam satu tingkat saja, tanpa memperhatikan kapan perubahan itu terjadi.

2.4  Pemertahanan Bahasa

Dalam pemertahanan bahasa, komunitas secara kolektif memutuskan untuk terus menggunakan bahasa tersebut atau bahasa itu telah digunakan secara tradisional. Ketika sebuah komunitas tutur mulai memilih bahasa baru dalam daerah sebelumnya dicadangkan untuk yang lama, ini mungkin merupakan tanda bahwa pergeseran bahasa sedang berlangsung. Jika anggota komunitas tutur adalah monolingual dan tidak memperoleh bahasa lain secara kolektif, maka mereka jelas mempertahankan pola penggunaan bahasa mereka. Pemertahanan, bagaimanapun, sering merupakan karakteristik dari komunitas dwi bahasa atau  juga multi bahasa. Hal ini hanya terjadi ketika komunitas mengalami diglossic. Dalam kata lain adalah bahwa komunitas multibahasa bahasa-bahasa menjaga setiap cadangan untuk daerah tertentu dengan perambahan sangat sedikit monolingual di daerah yang lain (Fasol).
Pemertahanan bahasa (language maintenance) berkaitan dengan masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa lainnya. Kridalaksana mengartikan “usaha agar suatu bahasa tetap dipakai dan dihargai, terutama sebagai identitas kelompok, dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan melalui pengajaran, kesusastraan, media massa, dan lain-lain.
Penggunaan B1 oleh sejumlah penutur dari suatu masyarakat yng bilingual atau multilingual cenderung menurun akibat adanya B2 yang mempunyai fungsi yang lebih superior. Dalam kasus yang dilaporkan Danie (1987) kita lihat menurunnya pemakaian beberapa bahasa daerah di Minahasa Timur adalah karena pengaruh pengguanaan bahasa Melayu Mando yang mempunyai prestise yng lebih tinggi dan pengguanaan bahasa Indonesia yang jangkauan pemakaiannya bersifat nasional. Namun, adakalanya penggunaan B1 yang jumlah penuturnya tidak banyak dapat bertahan terhadap pengaruh penggunaan B2 yang lebih dominan. Untuk menjelaskan ini kita ambil laporan Sumarsono (1990) mengenai pmertahanan penggunaan bahasa Melayu Loloan di desa Loloan, termasuk dalam wilayah kota Nagara, Bali. Menurut Sumarsono, penduduk desa Loloan yang berjumlah sekitar tiga ribu orang itu tidak menggunakan bahasa Bali, melainkan menggunakan sejenis bahasa Melayu yang disebut bahasa Melayu Loloan, sebagai B1-nya, dan mereka semua beragama Islam. Di tengah-tengah B2 yang lebih dominan, yaitu bahasa Bali, mereka dapat bertahan untuk tetap menggunakan bahasa pertamanya, yaitu bahasa Melayu Loloan, sejak abad ke-18 yang lalu, ketika leluhur mereka yang mengaku berasal daru Bugis dan Pontianak tiba di tempat itu.


BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan makalah yang terdapat pada Bab II maka kesimpulan pada makalah ini yaitu membahas permasalahan  mengenai sikap bahasa, pemilihan bahasa, perubahan bahasa, dan pemerthanan bahasa. Sikap bahasa dapat menentukan kelangsungan hidup suatu bangsa. Ada 3 ciri sikap bahasa menurut Garvin dan Mathiot yaitu:
1.                  Kesetiaan bahasa (language loyalty);
2.                  Kebanggaan bahasa (language pride) ;
3.                  Kesadaran adanya norma bahasa (awareness of the norm) .
Pemilhan bahasa adalah pemilihan bahasa yang dilakukan seseorang ketika ingin berkomunikasi. Dalam hal memilih ini ada tiga jenis pilihan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Alih kode;
2. Campur kode;
3. Memilih satu variasi yang sama.
             Perubahan bahasa menyangkut soal bahasa sebagai kode, di mana sesuai dengan sifatnya yang dinamis, dan sebagai akibat persentuhan dengan kode-kode lain, bahasa itu berubah. Sementara itu pemertahanan bahasa lebih menyangkut masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa-bahasa yang lainnya.
            Pemertahanan bahasa (language maintenance) berkaitan dengan masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa lainnya.
            Penggunaan B1 oleh sejumlah penutur dari suatu masyarakat yng bilingual atau multilingual cenderung menurun akibat adanya B2 yang mempunyai fungsi yang lebih superior. Dalam kasus yang dilaporkan Danie (1987) kita lihat menurunnya pemakaian beberapa bahasa daerah di Minahasa Timur adalah karena pengaruh pengguanaan bahasa Melayu Mando yang mempunyai prestise yng lebih tinggi dan pengguanaan bahasa Indonesia yang jangkauan pemakaiannya bersifat nasional

DAFTAR PUSTAKA


Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar