BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Kehidupan bermasyarakat menjadikan manusia melakukan
interaksi dengan sesamanya. Dalam upaya interaksi tersebut memerlukan sarana
menyampaikan sesuatu yang diinginkan dengan manusia yang lain. Sarana yang
diperlukan tidak lain tidak bukanadalah bahasa.
Kridalaksana
menyatakan bahwa bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang
arbitrer, yang digunakan dengan oleh masyarakat untuk berhubungan dan berkerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Berbicara mengenai bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa
digunakan oleh anggota masyarakat
penuturnya untuk menjalin hubungan dengan anggota masyarakat lain yang mempunyai kesamaan bahasa. Hubungan atau
komunikasi itu dapat dilakukan secara
perseorangan atau kelompok. Lebih
lanjut, komunikasi juga memungkinkan
seseorang bekerja sama dengan orang lain, membentuk kelompok atau bahkan
membentuk suatu masyarakat untuk mencapai
kepentingan kerjasama. Dalam komunikasi antar individu, kemampuan berkomunikasi seseorang bias kita lihat
sehingga seseoarang individu perlu
mempunyai kemampuan komunikatif.
1.2. Rumusan masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan masyarakat bahasa?
2.
Bagaimana
klasifikasi bahasa pada hakekatnya?
1.3.Tujuan
Dalam pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui maksud
maksud dari masyarakat bahasa serta, memahami bagaimana klasifikasi bahasa pada
hakekatnya
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian masyarakat berbahasa
Bahasa
adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang di hasilkan oleh alat ucap
manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi. Bahasa dibentuk oleh kaidah
aturan serta pola yang tidak boleh di langgar agar tidak menyebabkan ganggauan
pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang di bentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan
tatakalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancer dengan
baik,penerima dan pengirim bahasa harus
menguasai bahasanya.
Definisi masyarakat
bahasa yang di maksud tidak hanya
berdasarkan pada perkembangan bahasa, tetapi berdasarkan pada sejara,badaya dan
politik.Definisi masyarakat bahasayang berdasarkan kesamaan bahasa akan menjadi
bermasalah jika kita akan menjelaskan “menggunakan bahasa yang sama”dalam
situasi nyata di suatu lingkungan
bahasa. Sebagai satuan dasar definisi dan pemahaman tentang masyarakat bahasa
dapat berpegang pola bahasa-bahasa, kelompok sosial, jaringan sosial yang sekaligus merupakan gambaran secara hierarkis. Istilah masyarakat
bahasa pada masa eropa klasik mengacu pada suatu konsep yang idealistis , tidak
hanya bermakna kesatuan berbahasa, tetapi lebih berarti kesatuan
sosial-geografis. Landasan dasar yang idealistis terdiri dari kelompok sosial dan masyarakat bahasa
yang homogen. Suatu masyarakat bahasa adalah suatu kelompok manusia yang
anggota-anggaotanya saling berkomunikasi, secara teratur berkomunikasi, dan
mereka bertutur sama. Sebagai masyarakat
bahasa, untuk sementara dapat berarti kelompok npenutur yang berdasarkan
pandangan hidup mereka membentuk kelompok berdasarkan bahasa yang sama.
2.1.1.Masyarakat bahasa berdasarkan interaksi
Gumpertz
mendefinisikan masyarakat bahasa (pada masa lampau) masyarakat bahasa adalah
sekelompok manusia yang terbentuk melalui interaksi bahasa yang teratur dan
sering dengan bantuan tanda_tanda bahasa yang di miliki bersama dan yang
dipisahkan dari kelompok lain karena perbedaan_perbedaan dalam berbahasa.
Konsep Gumpertz memiliki keuntungan sebagai berikut:a) untuk satu masyarakat bahasa
tidak hanya berlaku satu bahasa, b)penekanan pada interaksi dan komunikasi
sebagai unsur pembentuk masyarakat bahasa sebagai hasil bilingualism,
c)kompleksitas masyarakat perkotaan telah diperhitungkan dalam konsep
2.1.2.Masyarakat bahasa berdasarkan sikap sosial
Model
panguyuban bahasa yang klasik tidak dapat mencakup dialek perkotaan yang cepat.
Labov menyimpulkan bahwa anggata masyarakat bahasa perkotaan lebih diikat oleh
sikap dan prasangka yang sama dalam
berbahasa,terdapat perbedaan antara,a)apa
yang di katakana,b)apa yang di yakini,dan c)apa yang di yakini untuk di kayakan
2.1.3.Masyarakat bahasa berdasarkan jaringan sosial
Jaringan
sosial sebagai substratum panguyuban bahasa sebagai titik tolak analisis bahasa
dalam sosiolinguistik dikenal untuk menganalisis komunikasi sehari-hari dan
konvensi interaksi.dalam hal ini jaringan hubungan seorang individu termasuk
didalamnya dan kesatuan kelompok sosial merupakan penomena dalam berbagi tatara abstraksi.
2.1.4.Masyarakat bahasa sebagai interprestasi
subjektif-psikologis
Bollinger
menunjukkan kompleksitas yang bersipat psikologis dan ciri subjektif konsep penguyuban bahasa,
ia mengumukakan tidak adak ada batas untuk cara manusia berkelompok guna
mencari jati diri, keamanan, keuntungan, hiburan, kepercayaan atau tujuan lain
secara bersama sebagai akibat hal ini tidak ada batasan sehubungan dengan
jumlah dan keanwkaragaman panguyuban bahasa yang kita jumpai dalkam masyarakat
kita.
2.1.5.Hakikat bahasa
1.bahasa
sebagai sistem
2.bahasa
sebagai lambang
3.bahasa
adalah bunyi
4.bahasa
itu unik
5.bahasa
itu dinamis
6.bahasa
itu universal
7.bahasa
itu bervariasi
2.2. Klasifikasi masyarakat bahasa
Klasifikasi
dilakukan dengan melihat kesamaan cirri yang
ada pada setiap bahasa.Suatu klasifikasi yang yang baik harus memenuhi
persyaratan nonarbitrer, ekshautik,dan unik. Pendekatan untuk membuat
klasifikasi tidak hanya satu yaitu:1)pendekatan genetis, (2)pendekatan
tipologis, (3)pendekatan areal, (4)pendekatan sosiolinguistik.
2.2.1.Klasifikasi genetis
Klasifikasi genetis,disebut juga klasifikasi geneologis,artinya, suatu bahasa berasal atau
diturunkan dari bahasa yang lebih tua. Keadaan
dari sebuah bahasa menjadi
sejumlah bahasa lain dengan cabang-cabang dan ranting-rantingnya member
gambaran seperti batang pohon yang terbalik. Klasifikasi genetis dilakukan
berdasarkan kriteria bunyi dan arti,yaitu kesamaan bentuk dan (bunyi)dan makna
yang dikandungnya. Yang dilakukan dalam klasifikasi genetis sebenarnya sama
dengan teknikyang dilakukan dalam linguistik historis komperatif,yaitu adanya
korespondensi bentuk(bunyi) dan makna. Hasil klasifikasi yang telah dilakukan
dan banyak diterima orang secara umum.
2.2.2.Klasifikasi tipologi
Klasifikasi tipologis dilakukan berdasarkan kesamaan tipe
atau tipe-tipe yang terdapat pada sejumlah bahasa. Hasil klasifikasi ini
menjadi bersifat arbitrer, karena tidak terikat oleh tipe tertentu melainkan
bebas menggunakan tipe yang mana saja atau menggunakan berbagai macam tipe
namun hasilnya ekshaustik dan unik
2.2.3. Klasifikasi areal
Klasifikasi areal dilakukan berdasarkan adanya hubungan
timbale balik antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain di dalam suatu daerah atau wilayah,tanpa
memperhatikan apakah bahasa itu berkerabat secara genetik atau tidak.
2.2.4. Klasifikasi
sosiolinguistik
Klasifikasi sosiolinguistik dilakukan berdasarkan
hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor
yang berlaku dalam masyarakat;tepatnya berdasarkan
status,fungsi,penilaian yang diberikan masyarakat terhadap bahasa itu.
3.1.Verbal Repertoire
Ferdinand de Saussure menbedakan antara langue dan
parole, antara bahasa sebagai sebuah sistem yang sifatnya abstrak,dan dalam
penggunaannya secara nyata didalam masyarakat yang bisa kita sebut
tuturan.tokoh tata bahasa generatif
transformasi,menyebutkan adanya kompetens disamping performans. Tokoh
linguistik sistemik,yang banyak menaru
perhatian pada segi
kemasyarakatan bahasa tidak secara eksplisit membedakan bahasa sebagai sistem
dan bahasa sebagai keterampilan.Dia
hanya menyebut adanya kemampuan komunikatif
yang kira-kira murupakan perpaduan atua gabungan antara kedua pengertian
itu. Yang dimaksud dengan kemampuan komunikatif adalah kemampuan bertutur atau
kemampuan untuk mengunakan bahasa sesuai dengan fungsi dan situasi serts
norma-norma penggunaan bahasa dengan konteks situasi dan kontek sosial nya.
Kemampuan komunikafit seseorang ternyata juga bevariasi,setidaknya menguasai
bahasa ibu dengan berbagai variasinya atau ragamnya,selai bahasa ibu, juga
bahasa lain atau lebih, yang diperoleh sebagai hasil pendidikan atau pergaulannya dengan penutur bahasa
diluar lingkunganya .
Verbal
repertoire sebenarnya ada dua macam yaitu yang dimiliki setiap penutur secara
individual,,dan yang merupakan milik masyarakat tutur secara keseluruhan. Yang
pertama mengacu pada alat-alat verbal yang dikuasai oleh seorang penutu, termasuk kemampuan untuk
memiliki norma-norma sosial bahasa sesuai denga situasi dan fungsinya.yang
kedua mengacu pada keseluruhan alat-alat verbal yang ada di dalam suatu
masyarakat,beserta dengan norma-norma
untuk memiliki variasi yang sesuai dengan konteks sosialnya
4.1. Verbal Reportoire dalam masyarakat bahasa
Kajian yang
mempelajari penggunaan bahasa sebagai sistem interaksi verbal diantara para
penutur didalam masyarakat disebut
sosiolinguistik interaksi onal atau sosiolinguistuk mikro. Sedangkan kajian
nmengenai pengguanan bahasa dalam hubungan dengan adanya cirri-ciri linguistik
di dalam masyarakat disebut
sosiolinguistik korelasional atau
sosiolinguistik makro kedau
sosiolinguisti ini mempunyai hubungan yang sangat erat atau tidak dapat di pisahkan.Masyarakat tutur
yang besar dan beragam memperoleh verbal repertoirenya dari pengalaman atau
dari adanya interaksi verbal langsung didalam kegiatan tertentu. Mungkin juga
ndiperoleh secara refensial yang diperkuat dengan adanya integrasi
simbolik,seperti ,seperti intergrasi dalam sebuah wadah yang disebut Negara,bangsa,ataudaera.
Dalam hal ini tentu saja yang disebut bahasa nasional dan bahasa daerah jelas mewakili masyarakat tutur tertuntu
dalam pengertian simbolik itu.
Kalau kita
melihat kasus masyarakat tutur bahasa Indonesia maka bisa dikatakan bahwa bisa
terjadi suatu masyarat itu bukanlah seatu masyarakat yang berbicara dengan
bagasa yang sama,melainkan sesuatumasyarakat yang timbul karena rapatnya
komunikasi atau karena intergrasi simboliks dengantetap mengakui kemampuan
komunikatif penuturnya tanpa mengigat jumlah bahasa atau variasi bahasa yang digunakan dengan
demikian dapat dikatakan juga bahwa kompleknya seatu masyarakat tutur
ditentukan oleh banyaknya dan luasnya variasi bahasa didalam jaringan yang
didasari oleh pengalaman dan sikap para penutur dimana variasi itu berada.
Dilihat dari
sempit dan luas vercal repertoire nya, dapat dibedakan dua macam
masyarakat tutur,yaitu (1)masyarakat
tutur yang repertoire pemakaianya lebih
luas ,dan menunjukan verbal repertoire
setiap penutur lebih luas juga (2)masyarakat tutur yang sebagian anggotanya
mempunyai pengalaman-pengalaman sehari-hari dan aspirasi yang sama dan
menunjukan wilaya linguistik lebih sempit,termasuk juga variasinya. Kedua
masyarakat tutur ini terdapat baik dalam masyarakat yang termasuk kecil dan tradisionol maupun
masyarakat besardan moderN
BAB 3
KESIMPULAN
5.1. Kesimpula
Difinisi
masyarakat bahasa yang dimaksud disini tidak hanya berdasrkan pada perkembangan
bahasa saja tetapi berdasarkan pada sejarah,budaya,dan politik.Menurut labov
kenyataannya sangatlah jelas bahwa masyarakat bahasa didefinisikan sebagai sekelompok
penutur yang memiliki sederetan sikap sosiat terhadap bahas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar