Rabu, 20 Juni 2012

Penelitian Sosiolinguistik


BAB I

1.1.         Latar  belakang
Penelitian Sosiolinguistik yaitu merupakan bidang garapan antar dua disiplin ilmu, yaitu linguistik yang berkutat dengan masalah kebahasaan di satu sisi, dengan disiplin sosiologi yang menaruh perhatian pada masalah sosial/masyarakat di sisi yang lain.
Bidang linguistic yang disebut bidang studi pemakaian bahasa merupakan bagian terbesar dari pembahasan dalam bidang antar disiplin yang disebut sosiolinguistik. Dengan kata lain, bidang linguistik berhubungan dengan pemakaian bahasa yang merupakan salah satu bagian dari bidang studi sosio-linguistik.Oleh karena itu,sosiolinguistik memandang bahwa suatu bahasa tidak pernah homogen,ia akan selalu terdiri atas ragam-ragam yang terbentuk menurut kelompok-kelompok sosial yang ada.

1.2.            Masalah
1.      Bagaimanakah cara penamaan dalam metode penelitian sosiolinguistik?
2.      Bagaimana pemakaian bahasa sosiolinguistik?

1.3.            Tujuan
Dalam suatu penelitian sosiolinguistik yang paling penting diingat ialah bahwa setiap kata kelompok sosial yang dijadikan variable indepeden harus terwakili didalam sampel yang dijadikan sumber data.Dengan demikian,jika kategori variable penelitiannya adalah perempuan dan pria,usia muda dan tua,kelas sosial tokoh dan nontokoh,maka kategori ini haruslah terwakili di dalam sampel penelitian tersebut.
Pada dasarnya perihal penelitian sosiolinguistik, penerapan metode cakap dalam penelitian sosiolinguistik, termasuk penelitian pemakaian bahasa, serupa dengan penerapan metode survey. Keduanya menggunakana sejumlah pertanyaan yang dapat memancing munculnya informasi yang di perlukan.

BAB II
PENELITIAN SOSIOLINGUISTIK

2.1.Perihal Penelitian Sosiolinguistik (Pemakaian Bahasa )
  Bidang linguistik yang disebut bidang studi pemakaian bahasa merupakan bagian terbesar dari pembahasan dalam bidang antar disiplin yang disebut sosiolinguistik. Dengan kata lain, bidang linguistik berhubungan dengan pemakaian bahasa yang merupakan salah satu bagian dari bidang studi sosio-linguistik.
Dengan demikian, penelitian pemakaian bahasa masuk ke dalam penelitian sosiolinguistik, terutama  jika dibicarakan adalah pemakaian bahasa menurut konteks social penggunanya. Dalam hal itu, sosiolinguistik itu sendiri merupakan bidang harapan antardua disiplin ilmu. Yaitu linguistik yang berkutat dengan masalah kebahasaan di satu sisi, dengan disiplin sosiologi yang menaruh perhatian pada masalah social/masyarakat di sisi yang lain.
Pada pemulaan dasawarsa1960-an banyak muncul kajian yang mencoba mengaitkan masalah kebahasaan dengan masyarakat.kajian ini merupakan bentuk lain dari kejadian bahasa yang sebelumnya hanya berkutat mempersoalkan masalah kebahasaan sebagai suatu system, yang lepas dari konteks sosialnya (instrnalnya ).
Hal inilah yang menyebabkan  lahirnya dua istilah, yaitu sosiolinguistik untuk bidang yang titik tekannnya pada masalah kebahasaan, dan sosioligi bahasa untuk bidang kajian yang titik tekannya pada masalah social ( kemasyarakatan ). Dalam pada itu, sosiolinguistik lalu dipandang sebagai subdisiplin dari studi linguistik, sedangkan sosiologi bahasa yang dipandang sebagai subdisiplin dari sosiologi.
Untuk itu perbedaan antara subidang sosiolinguistik dengan sosiologi bahasa dipandang tidaklah terlalu urgen. Dengan demikian, sosiolinguistik didefenisikan sebagai subidang intrsipliner bahasa dengan sosiologi yang mengkaji fenomena kebahasaan dalam kaitannya dengan factor sosial, termasuk kelas sosial, jenis kelamin, usia, dan etnisitas atau dalam waktu yang bersamaan mengkaji fonemena social dengan menggunakan penjelasan atas dasar evidensi kebahasaan.
Sosiolinguistik dikelompokan pada dua subbidang, yaitu mikrososiolnguistik dan makrososiolnguistik. Apabila yang pertama mengacu pada kajian bahasa pada komunikasi antarpersonal, yang kedua mengacu  pada tingkat yang lebih tinggi dari pada tingkat komunitas.
Subbidang kajian sosiolinguistik, maka yang menjadi lahan kajian pemakain bahasa berhubungan dengan upaya membedakan ragam-ragam atau varietas-varietas bahasa, yang oleh Haliday(1978) dibedakan atas varietas bahasa berdasarkan pemakainya. Berdasarkan pemakaiannya, Haliday membedakan varietas bahasa atas tiga subdemensi, yaitu subdemensi bidang (field ), yaitu subdimensi yang berhubungan dengan apa bahasa itu dipakai, subdemensi cara ( mode ), yaitu subdimensi yang berhubungan dengan medium apa yang akan digunakan pada peristiwa berbahasa tersebut, dalam hal ini dapat lisan atay tulisan. Dan subdimensi tenor, yaitu subdimensi yang mengacu pada hubungan peran para pertisipan yang terlibat dalam peristiwa berbahasa.
Berdasarkan pada perpaduan dari tiga subdimensi diatas, terbentuklah apa yang disebut laras bahasa( register ), yaitu ragam atau varietas bahasa yang dibeda-bedakan menurut bidang wacana (pokok pembicaraannya). Menurut modiumnya (tulis dan lisan), dan menurut tenornya ( gaya resmi atau santai dan lainnya ). Apa yang dipaparkan diatas merupakan pandangan konseptual tentang pemakaian bahasa secara sempit. Namun secara luas, pemakaian bahasa dapat dimaknai sebagai penggunaan bahasa disamping menurut dimensi situasi diatas juga mencakup dimensi menurut siapa menggunakan bahasa itu.
Ihwal siapa yang menggunakan bahasa itu,tentulah masyarakat tuturnya,yang dalam hal ini masyarakat itu sendiri tidaklah pernah bersifat homogen, ia selalu hadir dalam bentuk heteroginitas. Artinya dalam masyarakat tutur itu akan terpolarisasi atas kelompok-kelompok social yang masing-masing  memliki kesamaan fitur. Oleh karena itu, sosiolinguistik memandang bahwa sesuatu bahasa tidak pernah homogen, ia akan selalu terdiri atas ragam-ragam yang terbentuk menurut kelompoik-kelompok sosial yang ada.
  1. Penarikan sample penelitian sosiolinguistik
Dalam penelitian bahasa sampel yang besar tidak diperlukan,karena perilaku linguistik cenderung lebih homogeny dibandingkan dengan perilaku-perilaku yang lain (periksa sankoff dalam Milroy,1987). Ashen (1978) menyebutkan bahwa penelitian-penelitian sosiolinguistik yang hasilnya telah diterbitkan ternyata menggunakan sampel dalam jumlah yang tidak besar. Namun yang paling penting di ingat ialah bahwa setiap kategori kelompok sosial yang di jadikan sumber data. Dengan demikian, jika kategori variable penelitiannya adalah perempuan dan pria, usia muda dan tua, kelas sosial tokoh dan nontokoh,maka kategori ini haruslah terwakili di dalam sampel penelitian.

  1. Penentuan Kelas Sosial
Selanjutnya, yang perlu dikemukakan sehubungan dengan penarikan sampel adalah pengkategorikan kelompok sosial yang akan dijadikan kategori penentuan sampel penelitian.Hal ini penting karena masyarakat tutur yang akan menjadi sasaran penelitian bukanlah sesuatu yang homogenya, tetapi bersifat heterogen, yang secara bersama-sama membentuk masyarakat tutur tersebut. Untuk itu,penentuan kelompok/strata sosial yang akan menjadi sumber data perlu dilakukan sacara cermat.
           
2.1.2.      Metode Penyediaan Data
Metode yang dapat digunakan dalam tahap penyediaan data untuk penelitian sosiolinguistik, sebenarnya dapat memanfaatkan jenis-jenis metode yang digunakan dalam penelitian sosial. Namun, pada prinsipnya, setidak-tidaknya ada tiga metode yang dapat digunakan,yaitu:

1.      Metode Simak (Pengamatan/Observasi)
            Metode simak merupakan metode yang digunakan  dalam penyediaan data dengan cara penelitian melakukan penyimakan penggunaan bahasa.Dalam ilmu sosial,metode ini dapat disejajarkan dengan metode pengamatan/observasi.
Metode ini memiliki teknik dasar yaitu teknik sadap. Dikatakan demikian karena dalam praktik penelitian sesungguhnya penyimakan itu dilakukan dengan menyadap pemakaian bahasa dari informan. Sebagai teknik dasar, maka ia memiliki teknik lanjutan, yaitu teknik simak bebas libat cakap dan teknik simak libat cakap, catat, dan rekam.
            Metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap (SBLC) dimaksudnya si peneliti menyadap perilaku berbahasa di dalam suatu peristiwa tutur dengan  tanpa keterlibatannya dalam peristiwa tutur tersebut. Jadi, penelitian hanya sebagai pengamat.teknik ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa perilaku berbahasa hanya dapat benar-benar dipahami jika peristiwa berbahasa itu berlangsung dalam situasi yang sebenarnya yang berada dalam konteks yang lengkap.
2. Metode Survei
            Metode survei adalah metode penyediaan data yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner atau daftar tanyaan yang terstruktur dan rinci untuk memperoleh informasi dari sejumlah besar informasi yang dipandang representative mewakili populasi penelitian. Survei dapat bersifat deskriptif dan eksplanatorer. Apabila yang pertama dimaksudkan untuk memberikan populasi yang sedang dikaji,  maka yang kedua lebih bersifat lanjutan, yaitu bermaksud menjelaskan hubungan-hubungan yang ada yang telah dijumpai di dalam survei deskritif. Dengan demikian, kedua jenis survei ini pada dasarnya adalah satu kesatuan, karena sebuah kajian yang komprehensif tidak hanya bersifat penggambaran tentang populasi yang diteliti, tetapi harus pula dapat menjelaskan mengapa kondisi populasi itu sedemikian adanya. Dengan kata lain, Deskripsi yang baik haruslah berisi penjelasan-penjelasan yang memadai, dan dalam pada itu penjelasan yang memadai hanya dimungkinkan dilakukan jika tersedia deskripsi yang memadai pula.

3. Metode Cakap (Wawancara)
            Metode Cakap dalam penelitian ilmu sosial dikenal dengan nama metode wawancara atau interview merupakan salah satu metode yang digunakan dalam tahap penyediaan data yang dilakukan dengan cara penelitian melakukan percakapan atau kontak dengan penutur selaku narasumber. Dalam praktik penelitian sesungguhnya bahwa untuk mendapatkan data si peneliti harus secara sungguh memanfaatkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk memancing informasi agar mau berbicara.
            Pada dasarnya penerapan metode cakap dalam penelitian sosiolinguistik, termasuk penelitian pemakaian bahasa, serupa dengan penerapan metode survei. Keduanya menggunakan sejumlah pertanyaan yang dapat memacing munculnya informasi yang diperlukan. Selain kedua teknik lanjutan diatas, metode cakap ini juga memiliki dua lagi teknik lanjutan yaitu teknik catat dan teknik rekam.seperti halnya pada penerapan metode simak, kedua teknik lanjutan ini juga dapat digunakan secara bersamaan dengan penerapan salah satu dari dua teknik cakap sebelumnya: teknik cakap semuka atau teknik cakap tansemuka.

2.1.3        Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi, mengelompokkan data. Pada tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan, menyamakan data yang sama dan membedakan data yang memang berbeda, serta menyisihkan pada kelompok lain data yang serupa, tetapi tak sama. Dalam rangka pengklasifikasian dan pengelompokan data tentu harus didasarkan pada apa yang menjadi tujuan penelitian.
            Tujuan penelitian itu sendiri adalah memecahkan masalah yang memang menjadi fokus penelitian.jika dalam penelitian itu terdapat hipotesis, jawaban tentative terhadap masalah penelitian yang memerlukan pembuktian, maka sesungguhnya masalah, Hipotesis, dan tujuan penelitian merupakan suatu kesatuan yang membimbing ke arah mana analisis data (termasuk penyediaan data) itu dilakukan. Oleh karena itu, ingatan peneliti terhadap ketiga hal itu dalam rangka analisis data haruslah benar-benar terfokus. Dengan dasar itulah pengelompokan, pengklasifikasian data dapat dilakukan.

a.       Analisis Kualitatif
            Penelitian kualitatif  kegiatan penyediaan data merupakan kegiatan yang berlangsung secara simultan dengan kegiatan analisis data. Prosesnya berbentuk siklus, bukan linear. Hal ini tentu tidak lepas pula dari hakikat penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami fenomena sosial termasuk fenomena kebahasaan yang tengah diteliti,,yang berbeda dengan hakikat penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang sedang dikaji. Istilah memahami dan menjelaskan merupakan dua istilah yang penekanannya berbeda. Jika dalm istilah memahami mengandung arti sebagai upaya menelusuri alasan-alasan mengetahui suatu fonemena yang diteliti dengan berangkat dari pemahaman para pelakunya sendiri, sedangkan dalm istilah menjelaskan mengandung arti upaya menjelaskan faktor penyebab atau kualitas suatu fenomena yang dikaji oleh peneliti.
b.      Analisis Kuantitatif
            Seperti disebutkan diatas, bahwa data kebahasaan merupakan salah satu data yang hadir dalam bentuk data kualitatif. Data ini bukan berarti tidak dapat dianalisis secara kuantitatif. Ia dapat dianalisis secara kuantitatif dengan terlebih dahulu mengubah menjadi data dalam bentuk angka. Hal inilah yang akan menjadi focus pembicaraan dalam bagian ini, yaitu bagaimana langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengubah data kebahasaan yang berupa data kualitatif itu menjadi data kuantitatif yang siap dianalisis secara statistika.

2.1.4. Metode Penyajian Hasil Analisis Data
            Hasil analisis data yang berupa temuan penelitian sebagai jawaban atas masalah yang hendak dipecahkan, haruslah disajikan dalam bentuk teori.Dalam menyajikan hasil temuan penelitian di atas,terdapat dua metode. Kedua metode ini adalah metode formal dan informal. karena pada prinsipnya,penyajian hasil analisis baik itu untuk tujuan kajian linguistik sinkronis, linguistik diakronis, maupun sosiolinguistik adalah sama.

Hasil analisis dapat disajikan secara metabahasa atau menurut sistem tanda. Secara metabahasa artinya analisis bahasa dinyatakan dengan bahasa. Metode semacam ini bisa disebut metode metabahasa saja. Dalam literatur lain metode serupa disebut metode informal (Sudaryanto, 1993). Sementara itu, menurut sistem tanda, hasil analisis bahasa direproduksi dalam berbagai bentuk nonbahasa, seperti simbol, ikon, indeks, atau sistem tanda lain yang diwujudkan dalam bentuk tabel, grafik, bagan, skema, dan gambar. Karena sangat erat kaitannya dengan sistem tanda ini, agaknya metode ini dapat diperkenalkan sebagai metode semiotik. Dalam pengertian yang serupa, Sudaryanto (1993) menyebutnya sebagai metode formal.
           
Untuk penyajian hasil analisis dengan metode metabahasa, peneliti perlu mempertimbangkan beberapa faktor seperti tata urut penyajian, dan cara merumuskan kaidah. Tata urut penyajian yang dijadikan pedoman mengikuti hirarki sebagai berikut: (1) dari tataran yang rendah ke tataran yang tinggi, atau sebaliknya, (2) dari tataran yang sederhana ke tataran yang lebih rumit, (3) dari yang pasti ke yang mungkin, dan (4) dari yang dasar ke bentuk turunan. Sementara itu, cara merumuskan kaidah seringkali akan mengikuti logika-logika bahasa atau silogisme, misalnya (1) (a). proposisi adalah k; (b) proposisi selalu k; (c) Semua proposisi adalah k, (2) proposisi1’ adalah  k1’, sedangkan proposisi2” adalah k2”, (3) jika proposisi1  adalah k1 , maka proposisi2  adalah k2, (4) gabungan-gabungan di antara ketiganya.

Untuk penyajian hasil analisis dengan metode semiotik, peneliti perlu memperhatikan logika dan seni visualisasi sistem tanda. Besar-kecil, tinggi-rendah, panjang-pendek, arsiran-tidak arsiran sebuah sistem tanda yang disajikan dalam tabel dan seterusnya tersebut dapat menaksir logika dan seni visualisasinya. Namun demikian, isi hasil analisis verbal dipandang lebih akuntabel dari pada indahnya visualisasi sistem tanda.

BAB III
3.1 Kesimpulan
            Sebagaimana dikemukakan di awal, objek kajian bisa diteliti berdasarkan tiga langkah-langkah yang penting, yaitu langkah penyediaan data, langkah analisis data, dan langkah penyajian hasil analisis. Ada prinsip yang wajib diingat dalam konteks penelitian sosiolinguistik, yaitu bahwa aspek luar bahasa sangat signifikan menjelaskan atau dijelaskan oleh bahasa itu sendiri. Artinya, konsep dasar kajian sosiolinguistik adalah konsep korelasi. Yang dilakukan peneliti di bidang ini adalah mengkorelasikan bahasa dengan aspek sosial (baca sosial budaya masyarakat).  Memang, ada persoalan penamaan dalam metode penelitian sosiolinguistik, walaupun para penelitinya merasa bahwa penamaan bukan masalah yang  urgen untuk membuat keputusan meneruskan atau menghentikan penelitian sosiolinguistik itu karena tanpa penamaan terhadap jenis-jenis metode itu pun, mereka telah dapat mengamati dan menjelaskan isu-isu dalam kajian sosiolinguistik.

                                                DAFTAR PUSTAKA


Mashun. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Wardhaugh,Ronald.1986.An introduction to Sociolinguistics.Oxford:Basil Blackwell